NamaYahweh Yang Mulai Terungkap Nama Yahweh yang mulai terungkap Orang kristen harus menyebut nama yahwe. Watch Now YAHWEH adalah Nama BAPA di Surga HANYA KRISLAM, Kristen NAMUN cinta dengan Allah umat Islam. Panggillah nama BAPAmu DENGAN BENAR. YHWH/YAHWEH adalah NAMA BAPAmu di Watch Now Yeshua Menyebut Nama Yahweh INDOSPORTCOM - Klub Liga Italia (Serie A), AC Milan membocorkan pemain yang akan menggunakan nomor keramat 7 untuk musim 2022/2023. Pemain yang dimaksud ini bukanlah Rafael Leao, tapi siapa? AC Milan mulai bersiap-siap menyambut musim baru 2022-2023 kompetisi Liga Italia.Jersey anyar pemain untuk laga kandang dan tandang pun sudah mulai dicetak sesuai berikut nomor punggungnya. DalamHoshea 1: 2, kita melihat bahwa ketika Yahweh mulai berbicara dengan Hoshea, Yahweh berkata kepada Hoshea: "Pergilah, ambillah dirimu istri pelacur Dan anak-anak pelacur, Karena negeri itu telah melakukan pelacuran besar Dengan menyimpang dari Yahweh." dan melayani Baal (yang merupakan nama Timur Tengah kuno yang berarti, "Tuhan Fast Money. - Apa itu Yahudi? Apa Hubungan Yahudi dengan Israel? Nama Yahudi Ada Agama dan Suku. Berikut Asal-usul Yahudi. Yahudi merupakan istilah yang merujuk kepada sebuah agama, etnisitas, atau suku bangsa. Sebagai agama, Yahudi merujuk kepada umat yang beragama Yahudi. Berdasarkan etnisitas, Yahudi merujuk kepada suku bangsa yang berasal dari keturunan Eber, anak Ishak anak Abraham Ibrahim dan Sara, atau keturunan Suku Yehuda, berasal dari Yehuda anak Yakub. Etnis Yahudi juga termasuk Yahudi yang tidak beragama Yahudi namun beridentitas Yahudi dari segi tradisi. Agama Yahudi merupakan kombinasi antara agama dan suku bangsa. Foto Bendera Israel berkibar di dekat Masjid Kubah Batu Al Aqsa pada 5 Desember 2017. AFP/Thomas Coex Kepercayaan semata-mata dalam agama Yahudi tidak menjadikan seseorang tersebut menjadi Yahudi. Kemudian, dengan tidak memegang kepada prinsip-prinsip agama Yahudi tidak menjadikan seorang Yahudi kehilangan status Yahudinya. Namun, definisi Yahudi undang-undang kerajaan Israel tidak termasuk Yahudi yang memeluk agama yang lain. 1 Oleh Dr. Adian Husaini MENELUSURI persoalan penggunaan nama Tuhan dalam agama Kristen di Indonesia seperti memasuki ruang perdebatan yang tiada berujung. Ellen Kristi, dalam bukunya yang berjudul “BUKAN ALLAH, TAPI TUHAN” Borobudur Indonesia Publishing 2008, mengajak kaum Kristen untuk secara tegas menyebut nama Tuhan mereka dengan “Yahweh”, bukan menerjemahkan nama Tuhan “YHWH” dengan “TUHAN” seperti yang dilakukan Lembaga Alkitab Indonesia LAI selama ini. Ellen Kristi mengajak untuk menyimak satu ayat Bibel berikut versi terjemah LAI “Ya TUHAN, Tuhan kami, betapa mulianya nama-Mu seluruh bumi,” Mazmur 82,10, teks versi LAI, tahun 2007. “TUHAN, Tuhan kami”, berarti nama Tuhan kita itu TUHAN? Beginilah jadinya kalau nama Yahweh dibaca sebagai TUHAN. Padahal, “Ya Yahweh, Tuhan kami!” tulis Ellen Kristi, yang mengaku sebagai penganut paham Kristen-Tauhid. Ellen mengambil contoh lain tentang keganjilan menerjemahkan “YHWH” menjadi “TUHAN” sebagaimana yang dilakukan LAI selama ini. Misalnya teks Yeremia 1621, ditulis “Sebab itu, ketahuilah, Aku mau memberitahukan kepada mereka, sekali ini Aku akan memberitahukan kepada mereka kekuasaan-Ku dan keperkasaan-Ku, supaya mereka tahu, bahwa nama-Ku TUHAN”. Contoh lain, teks Yesaya 428 tertulis “Aku ini TUHAN, itulah nama-Ku; Aku tidak akan memberikan kemuliaan-Ku kepada yang lain atau kemasyhuran-Ku kepada patung.” Ellen Kristi mengajak kaum Kristen untuk dengan tegas menyebut nama Tuhan mereka adalah Yahweh. Tulisnya “Sekalipun kita bukan bangsa Israel, kita pun bangsa Timur yang memandang penting arti sebuah nama, bukan seperti Shakespeare yang berkata, “What is in a name?” Bayangkan betapa anehnya jika seorang anak cuma bisa memanggil ayahnya, “Bapak! Bapak!” Tetapi waktu ditanya, “Siapa nama Bapakmu?” ternyata dia tidak tahu.” hal. 22-24. Sebagaimana kita bahas dalam CAP ke-352, “YHWH” adalah nama Tuhan dalam agama Yahudi yang tidak diketahui cara membacanya dengan pasti. Oxford Concise Dictionary of World Religions menulis “Yahweh The God of Judaism as the tetragrammaton YHWH’, may have been pronounced. By orthodox and many other Jews, God’s name is never articulated, least of all in the Jewish liturgy.” Lihat, John Bowker ed, The Concise Oxford Dictionary of World Religions, Oxford University Press, 2000. Dalam Bibel edisi bahasa Inggris versi King James Version, teks Yeremia 1621 pada frase terakhir tertulis “… and they shall know that my name is The Lord.” Sementara itu, dalam sebuah manuskrip Kitab al-Muqaddas Bibel bahasa Arab, tahun 1866, frase teks tersebut ditulis “… wa ya’lamuuna anna ismiy huwa al-Rabb.” Dari berbagai terjemah tersebut, tampak, tetragram Ibrani “YHWH” diterjemahkan menjadi “TUHAN” Indonesia, “The LORD” Inggris, dan “al-Rabb” Arab, dengan makna “Tuhan itu”. Meskipun sejumlah teks Bibel itu menunjukkan bahwa “YHWH” memang menunjukkan nama Tuhan, tetapi nama itu tidak diketahui dengan pasti bagaimana membacanya. Di Indonesia, masalah penerjemahan “YHWH” ke dalam bahasa Indonesia telah menjadi bahan diskusi panjang selama beratus tahun. Dalam rangka HUT emas, LAI tahun 2005, diterbitkan buku kumpulan makalah seminar berjudul “Satu Alkitab Beragam Terjemahan”. Dalam makalahnya yang berjudul “Terjemahan Alkitab dalam Konteks Lintas Bahasa dan Budaya Menerjemahkan Nama Allah”, Prof. Dr. Tom Jacobs, dari Universitas Katolik Sanata Dharma Yogyakarta memberikan uraian tentang “YHWH” sebagai berikut “Nama Allah itu biasanya disebut “Tetragram” artinya Empat huruf. Maksudnya, dalam bahasa Ibrani asli hanya ditulis huruf mati. Bagaimana keempat huruf itu diucapkan, atau apa huruf hidupnya, tidak ada orang yang tahu. Malahan, mulai abad ke-3 orang sama sekali tidak mengucapkan nama itu lagi, dan menggantikannya dengan kata yang lain, khususnya adonay =”Tuhanku”, kadang-kadang juga dengan elohim =”Allah”.” hal. 53. Dengan menerjemahkan “YHWH” menjadi “TUHAN” sebagai nama Tuhan dalam bahasa Indonesia, memang bisa memancing orang untuk terus bertanya “siapa nama Tuhan yang sebenarnya”. Apakah “TUHAN” itu nama diri proper name atau sebutan untuk Yang Maha Kuasa? Perhatikan terjemahan sejumlah teks Bibel edisi Indonesia versi LAI tahun 2007 berikut ini “Lalu Musa berkata kepada Allah “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku bagaimana tentang nama-Nya – apakah yang harus kujawab kepada mereka?” Firman Allah kepada Musa “AKU ADALAH AKU.” Lagi Firman-Nya “Beginilah kau katakan kepada orang Israel itu AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.” Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel TUHAN, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.” Keluaran 3 13-15. Seperti sudah dimaklumi, YHWH – yang sebenarnya merupakan nama Tuhan orang Israel – masih tetap misterius, tak pernah bisa diketahui bagaimana membacanya dengan pasti. Prof. Tom Jacobs menulis “Yang disebut Adonai adalah YHWH. Tetapi, dalam Keluaran 207 = dikatakan, “Jangan menyebut nama TUHAN, Allahmu YHWH Eloheka, dengan sembarangan.” Dan untuk menghindari ucapan “dengan sembarangan”, maka lama kelamaan orang sama sekali tidak lagi mengucapkan nama YHWH dan menggantikannya dengan Adonai.” hal. 57. Cara penerjemahan “YHWH” menjadi “TUHAN” versi LAI seperti itulah yang dikritik oleh kalangan Kristen yang menolak penggunaan kata Allah. Dalam Bibel terbitan mereka yang diberi nama “KITAB SUCI Indonesian Literal Translation” Jakarta Yayasan Lentera Bangsa, 2008, Teks Keluaran 207 itu ditulis sebagai berikut “Jangan menyebut nama YAHWEH, Elohimmu, untuk kesia-siaan, karena YAHWEH tidak akan membebaskan orang yang menyebut Nama-Nya dalam kesia-siaan.” King James Version menulis Keluaran 207 sebagai berikut “Thou shalt not take the name of the LORD thy God in vain; for the LORD will not hold him guiltless that taketh his name in vain.” Sementara itu, The New Jerusalem Bible NewYorkDoubleday, 1985 menulis Keluaran 207 “You shall not misuse the name of Yahweh your God, for Yahweh will not leave unpunished anyone who misuse his name.” Keliru guna kata Allah’ Yang juga tak kalah pelik dalam masalah nama Tuhan adalah penggunaan istilah Allah’, allah, ilah, Tuhan, dan tuhan dalam Bibel versi LAI. Perhatikan dua naskah teks Bibel LAI, tahun 2007 berikut ini perhatikan penggunaan huruf kecil dan kapital “Sebab TUHAN, Allahmulah segala allah dan Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu atau pun menerima suap.” Ulangan 1017. “Tentang hal makan daging persembahan berhala kita tahu “tidak ada berhala di dunia dan tidak ada Allah lain daripada Allah yang esa. Sebab sungguhpun ada apa yang disebut “allah”, baik di sorga maupun di bumi – dan memang benar ada banyak “allah” dan banyak “tuhan” yang demikian – namun bagi kita hanya ada satu Allah saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup.” 1 Korintus 84-6. Coba bandingkan dua teks Bibel versi LAI tersebut dengan Bibel versi “KITAB SUCI Indonesian Literal Translation”. Ulangan 1017 ditulis sebagai berikut “Sebab YAHWEH, Elohimmu, Dialah Elohim atas segala ilah dan Tuhan atas segala tuan. Elohim yang besar, yang perkasa dan yang ditakuti, yang tidak memandang muka, juga tidak menerima suap.” Sedangkan 1 Korintus 8 4-6 ditulis “Kemudian, berkaitan dengan makanan binatang-binatang yang dikurbankan kepada berhala, kita telah mengetahui bahwa berhala bukanlah apa-apa di dunia, dan bahwa tidak ada Elohim yang lain kecuali Yang Esa. Sebab, jika mungkin ada yang dikatakan ilah-ilah, baik di langit maupun di bumi, sebagaimana memang ada banyak ilah dan banyak tuhan, tetapi bagi kita, ada satu Elohim, yaitu Bapa, daripada-Nyalah segala sesuatu, dan kita ada bagi Dia; dan satu Tuhan, yaitu YESUS Kristus, melalui-Nyalah segala sesuatu, dan kita ada melalui Dia.” Perhatikan, 1 Korintus 84-6, LAI menggunakan ungkapan “dan memang benar ada banyak “allah” dan banyak “tuhan” yang demikian – namun bagi kita hanya ada satu Allah saja,” Sedangkan KITAB SUCI Indonesian Literal Translation menggunakan ungkapan “sebagaimana memang ada banyak ilah dan banyak tuhan, tetapi bagi kita, ada satu Elohim…”. Tokoh Kristen Ortodoks Syria, Bambang Noorsena, dalam bukunya “The History of Allah” Yogyakarta PBMR Andi, 2005, menolak pelarangan penggunaan kata Allah bagi kaum Kristen. Akan tetapi, Bambang juga mengkritik penggunaan kata “Allah” yang keliru di beberapa bagian dalam terjemahan Bibel versi LAI. Misalnya, penulisan teks berikut ini “Lalu Allah mengucapkan segala firman ini “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.” Keluaran 20 1-3, teks LAI, 2007. Tentang hal ini, Bambang Noorsena menulis “Agaknya, kalangan umat Kristen di Indonesia kurang menyadari fakta bahwa sebutan Allah bukanlah kata benda umum. Pada umumnya, mereka menyamakan sebutan Allah dengan kata god dalam bahasa Inggris yang bisa dimaknai tunggal apabila ditulis dengan “G” besar, God atau makna ilah-ilah lain bila ditulis dengan “g” kecil, god atau dijamakkan gods. Kecenderungan ini telah membuat pemaknaan kata Allah dalam bahasa Indonesia umat Kristen terasa janggal dan asing di telinga sebagain besar pemakai bahasa Indonesia yang mayoritas berlatarbelakang Muslim. Bahkan ada penulis Muslim yang mengeluh penggunaan sebutan Allah di lingkungan Kristen sebagai kata benda umum tersebut dangat menghina dan menyakiti hati mereka.” hal. 40. Menurut Bambang Noorsena, penggunaan kata “allah” dengan huruf kecil, sebagai kata benda umum, secara gramatikal, tidak bisa dibenarkan. Sebab, kata “al” yang mendahului kata Allah’ adalah “lam ta’rif”, yang sudah menunjuk kepada satu-satunya Ilah yang sebenarnya. Demikian juga, lanjutnya, menempatkan kata milik ku, mu, mereka, di belakang kata Allah’ juga salah. Seperti kata the wife bila digabung dengan my, maka the’ harus hilang sehingga menjadi my wife. Oleh karena itu, yang benar adalah Ilahku, Ilah kita, Ilah mereka; bukan Allahku, Allah kita, dan Allah mereka. Demikian kritik Bambang Noorsena. hal. 40-41. Mengapa rumit? Pangkal kerumitan penyebutan nama Tuhan dalam Yahudi dan Kristen – dalam perspektif Islam – bermula ketika mereka menolak kenabian Muhammad SAW dan kewahyuan al-Quran. Upaya para teolog Kristen di Indonesia untuk membuktikan keabsahan penggunaan kata Allah dalam Bibel versi Indonesia menampakkan hal itu. Bahkan, ada yang keliru dalam memahami konsep Islam tentang Tuhan dan Allah, karena hanya mengutip perkataan sebagian orang dari kalangan Muslim. Herlianto, misalnya, dalam bukunya yang berjudul “Gerakan Nama Suci Nama ALLAH yang Dipermasalahkan” Jakarta BPK Gunung Mulia, 2009, menulis “Yang menarik adalah pernyataan tokoh Islam Ulil Abshar Abdala yang mengatakan bahwa sekitar 70 % isi Alquran bersumber dari Alkitab.” hal. 150. Konsep al-Quran seperti ditulis Pendeta Herlianto itu sangat asing bagi umat Muslim. Sebab, al-Quran adalah “tanzil” yang lafadz dan maknanya diyakini berasal dari Allah. Al-Quran bukan ditulis atau dikarang seseorang yang menjiplak isi Bibel, meskipun ada berbagai kemiripan isi al-Quran dengan Bibel. Tentang tuduhan-tuduhan bahwa al-Quran adalah jiplakan dari Bibel sudah banyak dijernihkan oleh sarjana Muslim. Juga, saintis Barat seperti Dr. Maurice Bucaille dalam buku terkenalnya, Bible, Quran, and Science, sudah menulis tentang masalah ini. Tentang nama Tuhan, konsep Islam berbeda dengan konsep Yahudi/Kristen yang tidak mementingkan nama Tuhan. Dalam konsepsi Islam, nama Tuhan sangat penting dan bersumber dari wahyu, bukan hasil konstruksi budaya. Bagi umat Muslim, Allah adalah nama diri proper name dari Dzat Yang Maha Kuasa, yang memiliki nama dan sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat Allah dan nama-nama-Nya pun sudah dijelaskan dalam al-Quran, sehingga tidak memberikan kesempatan kepada terjadinya spekulasi akal dalam masalah ini. Memang, al-Quran menyebutkan, kata ’Allah’ sudah digunakan sebelum turunnya Al-Quran. Tetapi, itu digunakan dalam makna yang keliru. Allah dianggap hanyalah salah satu Tuhan kaum Musyrik. Kaum Kristen juga menggunakan kata Allah dalam makna Trinitas dan mengangkat Nabi Isa sebagai Tuhan. Karena itulah, al-Quran memerintahkan Nabi Muhammad SAW ”Katakanlah, wahai Ahli Kitab Yahudi dan Nasrani marilah kita kembali kepada kalimah yang sama kalimatun sawa’ antara kami dan kalian, yakni bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita tidak menyekutukan Allah dengan apa pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain sebagai Tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka menolak, maka katakanlah, ”Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang Muslim.” QS 364. Tuhan orang Islam adalah jelas, yakni Allah, yang SATU, tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. QS 112. Imam Ibn Katsir dalam Kitab Tafsir-nya menulis bahwa Allah’ adalah al-ismu al-a’dhamu’. Allah juga merupakan nama yang khusus dan tidak ada sesuatu pun yang memiliki nama itu selain Allah Rabbul Alamin. Bahkan, sejumlah ulama seperti Imam Syafii, al-Khithabi, Imam Haramain, Imam Ghazali, dan sebagainya menyatakan, bahwa lafaz Allah adalah isim jamid, dan tidak memiliki akar kata. Menurut para ulama ini, kata Allah bukan musytaq’ turunan dari kata asal. Salah satu bukti bahwa lafaz Allah tidak ”musytaq” adalah jika ditambahkan ”huruf nida” huruf panggilan, seperti huruf ”ya nida’” maka tidak berubah menjadi ”Yaa ilah”, tetapi tetap ”Yaa Allah”. Sedangkan jika huruf nida ditambahkan pada kata ”al-Rahman”, misalnya, maka akan berubah menjadi ”Yaa Rahman” perangkat ta’rif-nya hilang. Lihat, Ibn Katsir, Tafsir al-Quran al-Adhim, Riyadh Maktabah Darus Salam, 1994, 140 Konsep dan nama Tuhan bagi umat Muslim sangat sederhana. Muslim yakin, bahwa Tuhan Yang Esa telah memperkenalkan namanya melalui wahyu yang diturunkan kepada Nabi terakhir Muhammad SAW. Nama ”Allah” – dan nama-nama lain dalam al-Asmaaul Husna — adalah nama-nama yang dipilih oleh Tuhan Yang Esa agar disampaikan oleh Nabi terakhir kepada seluruh umat manusia. Muslim tidak perlu berspekulasi tentang nama Tuhan. Semua nama tersebut dalam wahyu al-Quran dan Hadits Nabi SAW. Karena itulah, konsep syahadat Islam menegaskan pengakuan bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah. Ada kemiripan kisah Musa dalam Kitab Keluaran dengan kisah Musa dalam QS Thaha. Dalam keyakinan Muslim, al-Quran adalah wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Sebagian isinya berisi cerita para Nabi yang mengkoreksi cerita-cerita versi sebelumnya. Dalam versi Yahudi/Kristen, Muhammad SAW dianggap telah menulis al-Quran dengan menjiplak Bibel. Karena itu, tinggal pilih, percaya yang mana? Dalam Keluaran 314 diceritakan ”Firman Allah kepada Musa “AKU ADALAH AKU.” Lagi Firman-Nya “Beginilah kau katakan kepada orang Israel itu AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.” Sedangkan dalam al-Quran surat Thaha14 disebutkan “Innaniy ana-Allahu Laa-ilaaha illaa Ana, fa’budniy wa-aqimish-shalaata lidzikriy.” Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah Aku dan tegakkan shalat untuk mengingat-Ku.Wallahu a’lam. Depok, 23 Januari 2013. * Penulis Ketua Program Doktor Pendidikan Islam – Universitas Ibn Khaldun Bogor. Catatan Akhir Pekan [CAP] adalah hasil kerjasama Radio Dakta 107 FM dan orang kristen selalu mempermasalahkan pemakaian nama ALLAH yg digunakan oleh muslim, mereka mengatakan bahwa nama ALLAH adalah nama yg baru muncul ketika muhammad mengaku sbg nabi dg kata lain mereka ingin mengatakan bahwa ALLAH adalah tuhannya orang2 atau umat muhammad saja dan di waktu sebelum muhammad mengklaim sebagai nabi tidak ada satupun yg mengenal nama ALLAH dan ada pula yg mengatakan bahwa ALLAH adalah nama yg diadopsi oleh muhammad dari nama berhala orang arab dewa bulan dewa air dst. ketika ditanya, apakah kalian mempunyai bukti atas pernyataan tsb? mereka tidak dapat menunjukan bukti2 yg kuat dan jika ada bukti yg mereka tunjukan itupun dapat dengan mudah terbantahkan dan dipatahkan. dan mereka mengklaim bahwa YAHWEH lah nama tuhan yg benar. sebenarnya, jika pernyataan2 tsb dilontarkan oleh orang2 kristen yg ada di indonesia tentulah pernyataan2 tsb tidak tepat, lantas siapa nama tuhannya orang kristen jika mereka mengatakan bahwa nama ALLAH adalah nama tuhan yg baru ada ketika muhammad berumur 40 tahun? lantas mengapa mereka menggunakan nama ALLAH dalam menerjemahkan nama tuhan di dalam Alkitab mereka? dan kenapa mereka tidak menggunakan nama YAHWEH? apakah mereka ingin mengakui bahwa nama tuhan mereka mengikut2 atau mengadopsi dari nama tuhannya orang muslim? kata YAHWEH itu bukan bahasa Ibrani, tidak ada orang Ibrani Asli menyebut nama YAHWEH. Kata YAHWEH justru berasal dari theolog Eropa abad 16, bukan orang Ibrani. Saya jamin, gereja-gereja yang mewajibkan umat-nya menyebut nama YAHWEH, para pendetanya tidak pernah belajar bahasa Ibrani dengan benar, dan mereka tidak paham bahasa Ibrani. kata YAHVEH atau YAHWEH bukanlah kata Ibrani. Pengucapan YAHVEH dipopulerkan di tahun 1567 oleh Genebrardus dengan penulisan IAHVE, JAHVE Chronographia, Paris, 1567. Berdasarkan penelitian, Genebrardus meminjam istilah Klemens dari Alexandria, kalangan Platois Gnostik, ejaan Yunani dari nama dewa Zeus yaitu IAOVE, yang juga dikenal sebagai JOVE, dewa Yupiter bangsa Romawi. Guna mendukung penemuan ini, Genebrardus mengutip Alkitab Samaria yaitu kata IABE, mengubahnya menjadi YABE, dan terakhir mengubah B menjadi V sehingga tertulis YAVE. Tinggal menyesuaikan dengan empat huruf sakral yakni menambah dua huruf H di tengah dan di akhir kata, jadilah YAHVEH Reff. , saya kutip sebagian …. Yahweh is not the name of the true Jewish God. This name was invented modernly by Benedictine Gilbertus Genebrardus between 1550-1567. Genebrardus became the champion of the Samaritan Bible’s name for God. He extracted YaBe, changed the “B” to a “V” and produced YaVe, which as we can see is the same thing of the gnostics and neo-platoist Clement–Iao-ve, Epiphanius–Iave, Theodoret–Iabe! By adding the “h” he formed YaHveH and at last YaHweH as it is now spelled. It is interesting to note that not in Clement, Origen, Epiphanius, or Theodoret, was there an attempt to reconcile these names of pagan gods with a tetragrammation name of YHVH. Genebrardus did not try his hand at alphabet soup concerning the name of God until he translated the works of Origen and there he found the name of God issue and modernized the spelling. What has plagued this name Yahweh is the “Yah” portion that cannot be separated from paganism….. Kami menghormati nama Allah yang mana saja, YHVH, YHWH, YAHWEH, YEHOVAH, KURIOS, THEOS, ELOAH, ELOHIM, EL, ELAH, ELAHA, ALLAH, dll. Ketika “nama ALLAH” dipermasalahkan, kita harus mengerti apakah kata ALLAH identik dengan Allah umat muhammad saja? apakah itu nama berhala? Dalam naskah bahasa asli Alkitab kita Perjanjian Lama tertulis BESYUM ELAH YISRA’EL” yg artinya Dalam Nama Allah Israel. di Ezra 51. Dalam Ezra 614 juga tertulis ” אֱלָהּ יִשְׂרָאֵל – ELAH YISRA’EL” Allah Israel. Ezra 51 LAI-TB, Tetapi nabi Hagai dan Zakharia bin Ido, kedua nabi itu, bernubuat terhadap orang-orang Yahudi yang tinggal di Yehuda dan di Yerusalem dalam nama Allah Israel, yang menyertai mereka. KJV, Then the prophets, Haggai the prophet, and Zechariah the son of Iddo, prophesied unto the Jews that were in Judah and Jerusalem in the name of the God of Israel, even unto them. Hebrew, וְהִתְנַבִּי חַגַּי נְבִיאָה וּזְכַרְיָה בַר־עִדֹּוא נְבִיאַיָּא עַל־יְהוּדָיֵא דִּי בִיהוּד וּבִירוּשְׁלֶם בְּשֻׁם אֱלָהּ יִשְׂרָאֵל עֲלֵיהֹון׃ ס Translit, VEHITNABI KHAGAY NEVIYAH UZEKHARYAH VAR-IDO NEVIYAYA AL-YEHUDAYE DI VIHUD UVIRO’USYLEM BESYUM ELAH YISRA’EL ALEIHON Kalimat ini tertera dalam Alkitab Perjanjian Lama ditulis dalam aksara Ibrani dengan pengertian bahasa Aram, bahasa yang notabene merupakan induk bahasa Arab. Dalam dialek bahasa Arab, kalimat itu dibaca “Bismilah” yg artinya Dalam Nama Allah/BESYUM ELAH Ezra 614 LAI-TB, Para tua-tua orang Yahudi melanjutkan pembangunan itu dengan lancar digerakkan oleh nubuat nabi Hagai dan nabi Zakharia bin Ido. Mereka menyelesaikan pembangunan menurut perintah Allah Israel dan menurut perintah Koresh, Darius dan Artahsasta, raja-raja negeri Persia. KJV, And the elders of the Jews builded, and they prospered through the prophesying of Haggai the prophet and Zechariah the son of Iddo. And they builded, and finished it, according to the commandment of the God of Israel, and according to the commandment of Cyrus, and Darius, and Artaxerxes king of Persia. Hebrew, וְשָׂבֵי יְהוּדָיֵא בָּנַיִן וּמַצְלְחִין בִּנְבוּאַת חַגַּי נְבִיאָה וּזְכַרְיָה בַּר־עִדֹּוא וּבְנֹו וְשַׁכְלִלוּ מִן־טַעַם אֱלָהּ יִשְׂרָאֵל וּמִטְּעֵם כֹּורֶשׁ וְדָרְיָוֶשׁ וְאַרְתַּחְשַׁשְׂתְּא מֶלֶךְ פָּרָס׃ Translit, VESA’VEI YEHUDAYE BANAYIN UMATSLEKHIN BINVU’AT KHAGAI NEVIYAH UZEKHARYAH BAR-IDO UVENO VESYAKHLILU MIN-TA’AM ELAH YISRA’EL UMITEM KORESY VEDARYAVESY VE’ARTAKHSYASTE MELEKH PARAS Naskah Perjanjian Lama dalam kitab Daniel juga berbahasa Aram, menggunakan nama “Allah” dalam dialek Aramaic אֱלָהָא – ELAHA’ suffix “A” dalam bahasa Aram adalah definite article, sbb Daniel 220 LAI-TB, Berkatalah Daniel Terpujilah nama Allah dari selama-lamanya sampai selama-lamanya, sebab dari pada Dialah hikmat dan kekuatan! KJV, Hear, O Israel The LORD our God is one LORD Hebrew, עָנֵה דָנִיֵּאל וְאָמַר לֶהֱוֵא שְׁמֵהּ דִּי־אֱלָהָא מְבָרַךְ מִן־עָלְמָא וְעַד־עָלְמָא דִּי חָכְמְתָא וּגְבוּרְתָא דִּי לֵהּ־הִיא׃ Translit, ANEH DANIYE’L VE’AMAR LEHEVE’ SYEMEH DI-ELAHA’ MEVARAKH MIN-ALMA’ VE’AD-ALMA’ DI KHAKHMETA’ UGEVURETA’ DI LEH-HI’ “אלוה – ELOAH” Ibrani, אֱלָהָא – ELAHA’ atau אֱלָהּ – ELAH Aram, dan الله – ALLAH Arab memiliki akar kata yang sama. Ibrani alef – lamed – he’, Aram alap – lamad – he’, dan Arab alif – lam – haa. Pengucapannya mirip, asal bahasanya tidak jauh beda karena sama-sama rumpun Semitik, akar katanya. Lihat Artikel “ALEF – LAMED”, di

nama yahweh yang mulai terungkap